31 Oktober 2010

Tips Penulisan Bagian 3

Menyusun Paragraf

Susah memulai dan susah mengakhiri adalah lumrah bagi penulis. Hebatnya ditengah-tengah, lancarnya seperti air mengalir hingga tak tahu mau berhenti dimana.

menulis-lagi TAK ada teori bagus untuk menyusun paragraf. Semakin berteori tentang bagaimana menyusun paragraf yang bagus, semakin sulit kita memulai menulis. Akan serba bingung lantaran otak terpaku pada teori penyusunan paragraf.

Paragraf, bagi saya hanya ada tiga bagian. Pembuka, isi dan penutup. Silahkan ditertawakan teori saya. Karena saya tak mau membuat definisi rumit soal bagaimana menyusun paragraf yang baik dan benar.

Jika ada banyak buku panduan tentang bagaimana cara memulai menulis, bagi saya itu tak mengajari banyak hal. Justu akan menghambat kreativitas kita dalam menulis.

Banyak blog yang saya temukan merupakan hasil kreativitas seseorang, yang saya yakin tak pernah membaca teori tentang bagaimana membuat paragraf yang susunannya tepat. Justru itu lebih bagus. Karena memulai adalah awal yang baik untuk bisa menulis yang enak dibaca.

Jika ingin menyusun paragraf yang pas, mulailah menulis lebih dulu. Itu yang diajarkan saat saya terjun jadi wartawan. Intinya hanya 2 yang dibekalkan pada saya ketika mau menulis, yakni: Lead (pembuka) dan tubuh berita (isi). Saya lantas menambahinya jadi 3 dengan terakhir adalah kesimpulan (penutup). Namun ini jarang saya lakukan ketika menulis pendek (straight news). Mengingat penulisan ini sering menyesuaikan ukuran kolom dari halaman koran.

Susunan ini secara umum dapat kita temui dalam karya tulis skripsi, thesis, desertasi atau karya tulis ilmiah lainnya.

Baik dan benar dalam menyusun paragraf bagi saya adalah unsur kejelasan dan kelengkapan dalam sebuah tulisan. Ini ada dalam isi, atau tubuh berita. Saya sering menggeser satu paragraf di atas paragraf sebelumnya jika paragraf itu melengkapi paragraf yang diatasnya.

Saya juga kerap menyusun paragraf yang kaitannya dengan paragraf jauh di atasnya. Tentu dengan manambahi awalan kata yang mengait paragraf itu. Contoh jelas ada dalam tulisan ini, ketika saya mengulang kalimat, “menyusun paragraf yang baik dan benar.”

Kalimat ini ada di paragraf 2 dan 6. Paragraf 6 melengkapi paragraf 2, dengan kalimat pendahuluan yang sama dengan kalimat akhir pada paragraf 2.

Kalimat pendahuluan ini penting kita ulang dari paragraf sebelumnya jika kita meloncat (jumping) ke paragraf jauh dibawahnya. Agar pembaca tidak kaget dengan maksud dari suatu penjelasan yang ingin kita sampaikan. Tentunya tanpa mengulang semua kalimat. Hanya bagian tertentu yang ingin kita jelaskan dalam paragraf tersebut.

Penulisan ini sebenarnya berlaku untuk penulisan panjang, yang memiliki alur cerita. Berbeda dengan penulisan pendek (berita singkat/straight news) yang memiliki rumus piramida terbalik, dengan susunan paragraf yang teratur, atau tak meloncat-loncat.

Bagian sulit dalam memulai paragraf adalah membuat lead, atau pembuka. Saya pernah buntu total gara-gara bagian terpenting dalam sebuah cerita belum saya dapatkan. Meski secara unsur berita sudah memenuhi untuk dibuat tulisan. Namun ada bagian penting yang bisa mengawali tulisan itu menjadi cerita, yakni pelaku (karakter). Inilah salah satu bagian dalam penulisan literair.

Karakter, atau penokohan menjadi bagian utama dalam penulisan panjang, selain alur dan konflik. Karena itu, ketika saya belum menemukan unsur ketokohan dalam penulisan itu saya mengalami kebuntuan. Namun setelah saya menemukannya, penulisan bisa menjadi lancar dan sulit menghentikannya. Padahal, lagi-lagi dalam media cetak kita dibatasi oleh halaman.

Sebelum menutup sebuah tulisan, teliti kembali apakah ada bagian tertentu dari paragraf-paragraf sebelumnya yang penjelasannya kurang lengkap. Tentunya paragraf-paragraf itu tidak keluar dari tema yang ingin kita sampaikan. Jika ada, lengkapi dulu.

Menutup tulisan, bisa memberikan kesimpulan, bisa juga tidak. Tergantung dari jenis tulisan. Bila karya ilmiah, memang diperlukan kesimpulan. Bila satir, kesimpulan berisi sindiran. Bisa halus, bisa kasar. Alangkah hebatnya jika halus tapi menghujam.

Bila itu berita, bisa juga diberikan kesimpulan tanpa memberikan opini. Cukup mengulang fakta yang kita berikan dengan sebuah kalimat singkat yang jelas. Atau juga meninggalkan pertanyaan yang jawabannya sudah bisa ditebak oleh pembaca. (bersambung)

Bagian 1
Bagian 2

0 comments:

Posting Komentar