06 Desember 2006

Serangan OPM di Akhir Tahun

Nama OPM kembali dimunculkan. Mereka diklaim dibalik tewasnya Serda Joko Susanto dan Tobias Sirgen di Puncak Jaya. Organisasi garis keras yang ngotot memperjuangkan kemerdekaan Papua sulit hilang.


Oleh : Gatot Aribowo

Tretet…tet..tet…tet..
Bunyi rentetan tembakan itu begitu lengking terdengar. Orang-orang yang mengikuti acara deklarasi pencalonan Lukas Enembe-Henock Ibo dihari itu, tersentak. Belum usai kekagetan mereka, terdengar lagi bunyi tembakan. Jumat, dari pagi hingga siang itu telah terdengar bunyi letusan senjata sebanyak tiga kali.



Seperti sudah terbiasa dengan suara-suara tembakan, kekagetan orang-orang itu hanya berlangsung sekejap. Cuek, mereka tetap melangsungkan acara.

Sementara tak jauh dari keramaian, seseorang sedang menuruni Gunung Yamo, Mulia Puncak Jaya. Orang itu adalah Edi Padang, tukang senso yang biasa kerja hingga ke hutan-hutan. Edi kini jadi saksi atas kejadian terbunuhnya Serda Joko Tri Susanto dan Serka (purn) Tobias Sirgen.

Dari penuturan Edi ke polisi, pada Jumat pagi itu ia diajak Serda Joko dan Tobias untuk naik ke Gunung Yamo. Di gunung tersebut telah menunggu 5 orang yang disebutkan Edi sebagai anggota Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM). Bersamanya juga ada Eli Morip, juga seorang warga sipil.

Lima orang itu, penuturan Edi ke polisi, dua diantaranya menenteng senjata M16. Entah dari mana senjata itu didapat, Edi tidak pernah memikirkannya.

Ada sambutan hangat yang dirasakan Edi ketika ia bersalaman dengan 5 orang tersebut. Namun kehangatan itu berlangsung sesaat, karena ia disuruh pulang duluan. Sementara Serda Joko dan 2 teman lainnya masih tinggal disitu. Kelak, Joko Susanto dan Tobias Sirgen ditemukan tewas. Sementara Eli Morip yang merupakan saksi kunci atas kematian Joko dan Tobias raib. Dugaan polisi, Eli disandera oleh 5 orang tersebut.

Serda Joko adalah anggota satuan tugas (satgas) Kopassus TNI AD yang ditempatkan di Mulia, Puncak Jaya. Sedangkan Tobias Sirgen adalah purnawirawan TNI AD.

Sebagai seorang satgas yang ditugaskan untuk melucuti senjata yang dimiliki anggota TPN-OPM, Joko diperintahkan atasannya untuk menggunakan pendekatan kekeluargaan terhadap orang-orang yang tergabung dalam kelompok itu. Persuasif, istilah yang dipakai TNI.

Dengan pendekatan itu Joko dibantu Tobias dan Eli telah mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali dengan orang-orang tersebut. Namun dihari itu adalah pertemuan terakhir antara Joko dengan kelompok tersebut.

PASCA ditemukannya Joko dan Tobias meninggal, bendera bintang kejora didapati berkibar di puncak gunung tersebut. Bendera itu berkibar dari Sabtu hingga Minggu. Namun dilaporkan situsnya Suara Papua Merdeka (SPM News) bendera itu masih berkibar hingga Rabu.

Situs tersebut melaporkan, bendera berkibar di Gunung Yamopurom. Hingga Rabu itu lokasi pengibaran bendera dijaga ketat oleh orang-orang yang tergabung dalam kelompok TPN-OPM pimpinannya Goliath Tabuni.

Situs itu juga melaporkan bahwa pada Rabu itu ada aparat gabungan dari TNI dan Polisi yang bergerak ke arah lokasi pengibaran bendera. Namun dilaporakan situs tersebut, tentara dan polisi dipaksa mundur oleh orang-orangnya Goliath Tabuni.

“Ketika pasukan TNI/POLRI tadi pagi subuh (Rabu, 13 Desember) sekitar jam 05:30 WPB (waktu Papua Barat) mencoba dan berusaha mendekati lokasi pengibaran bendera bintang kejora dengan tujuan menurunkan bendera tersebut baru sampai di Ujung Lapangan Terbang tepatnya di Karubate, mereka dihadang oleh pasukan TPN-Papua Barat (PB) dan berhasil menolak mundur prajurit TNI/POLRI dan sempat merampas dua senjata api dan amunisi (1 AK dan 1 Pistol dan 1 Magasen AK) milik pasukan anggota Brimob,” demikian tulis laporan situs SPM News.

Laporan tersebut disebarkan melalui jaringan internet ke beberapa mailing list (milis).

Laporan ini berbeda dengan laporan polisi yang disampaikan ke Tifa Papua. Pada Rabu itu justru seorang anggota polisi diserang oleh beberapa orang yang tak dikenal. Adalah Briptu Yosafat yang diserang. Senjata miliknya dirampas. Sementara kondisi Yosafat sendiri mengalami luka dibagian kepala.

SEMENTARA itu penanganan atas kematian Joko oleh TNI diserahkan ke polisi. Belum ada tersangka atas kejadian tersebut. Polisi pun kesulitan untuk melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang diduga polisi ada dibalik kejadian tersebut. Sementara TPN-OPM yang gaung namanya tak pernah disuarakan sendiri oleh orang-orang yang tergabung dalam kelompok tersebut belum memberikan pernyataannya.

Nama TPN-OPM sering disuarakan oleh aparat TNI maupun polisi. Itu diperoleh dari beberapa orang yang kedapatan polisi atau TNI membawa kartu tanda anggota.

Dari data TNI yang diperoleh dari negosiasi-negosiasi yang sempat dilakukan, orang-orang yang bersenjata tersebut memang kelompok yang memiliki nama TPN-OPM. Goliath Tabuni, komandan TPN-OPM di wilayah Puncak Jaya.

Mendekati kelompok-kelompok ini, dikatakan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, persuasif masih akan dilanjutkan. Namun tak menutup kemungkinan akan dilakukan tindakan yang lebih tegas. Entah ketegasan dalam bentuk apa yang dimaksudkan Joko. Namun yang pasti, Goliath Tabuni yang diwawancarai SPM News meragukan pendekatan persuasif yang masih dijalankan Joko.

Goliath, tulis laporan SPM News, merasa terus dikejar-kejar oleh TNI.

“Panglima TNI di Jakarta tidak usah bersilat lidah di media massa agar diketahui publik bahwa tidak ada operasi Militer Papua, padahal kami disini setiap hari diawasi dan dikejar-kejar oleh pasukan TNI/POLRI kaya binatang buruan saja,” demikian ucap Goliath yang diucapkan penulis di SPM News.

Perasaan dikejar-kejar TNI yang dirasakan Goliath sepenuhnya juga tak akan mampu menghapuskan perasaan sedih orang tua Joko Tri Susanto, anggota Satgas Kopassus TNI AD yang diduga dibunuh oleh orang dari kelompoknya. Dalam sebuah tayangan televisi, orang tua Joko saat menerima jenazah tampak merasakan kesedihan atas kematian anaknya di medan tugas. (*)

0 comments:

Posting Komentar