Nama Organisasi Papua Merdeka ternyata pemberian dari pemerintah Indonesia. Pernah mengumandangkan proklamasinya pada 1 Juli 1971, organisasi ini masih tetap eksis hingga sekarang.
![]() |
Bendera Bintang Kejora, salah satu lambang eksistensi dari Organisasi Papua Merdeka |
SANGAT SULIT untuk menelusuri keberadaan tokoh-tokoh OPM sekarang. Selain letak persembunyiannya yang jauh di pedalaman, organisasi ini sering menutup diri. Kemunculannya sering aksidental. Tak terduga. Jarang muncul ke media, kecuali pas penyerahan diri atau ingin membuat pernyataan saat mereka dipojokkan.
Nama OPM, dari wawancara penulis buku Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka, John RG Djopari dengan Terianus Aronggear (SE) dan Melkianus Watofa di Jayapura, 21 Juli 1991, diberikan oleh aparat pemerintah ke pemimpin-pemimpin pemberontakan yang terjadi tahun 1965 di Manokwari. Nama ini diterima oleh pemimpin pemberontakan karena lebih singkat dan mudah diingat jika dibandingkan dengan nama organisasi yang dibentuk sendiri, yakni Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Negara Papua Barat.
Nama organisasi yang disebut terakhir itu didirikan di Manokwari oleh Terianus Aronggear (SE) tahun 1964. Mulanya organisasi ini bergerak dibawah tanah melawan pemerintah Indonesia. Didukung oleh sejumlah mantan aparat pemerintah UNTEA yang dipecat awal tahun 1963.UNTEA adalah pemerintahan sementara di Papua dibawah Sekjen PBB. Dibentuk atas persetujuan Indonesia dan Belanda.
Selain organisasi bentukan Terianus, ada faksi OPM yang lain yang dibuat oleh Aser Demotekay. Faksi ini tidak menempuh cara radikal seperti faksinya Terianus. Lebih kooperasi dengan pemerintah Indonesia. Maklum, Aser adalah pensiunan PNS Provinsi Irian Jaya.
Faksinya Aser kurang memiliki organisasi yang kuat dan matang, Proses kaderisasi juga tidak dilakukan. Perjuangannya lebih didasari ideologis spiritual. Berbeda dengan Aser, Terianus memiliki organisasi yang tersusun rapi. Komandan-komandan sektor militer dibentuk. Memiliki panglima perang dan kepala polisi. Logistik pun dibuat.
Kesamaan dua faksi ini adalah sama-sama menilai tidak adil atas Persetujuan New York 15 Agustus 1962 antara pemerintah Indonesia dan Belanda, yang tidak melibatkan wakil-wakil dari kebangsaan Papua. Persetujuan inilah yang kemudian membentuk pemerintahan UNTEA di Papua.
Sepanjang perjalanannya, faksi dari Terianus lah yang lebih menonjol. Dokumen membentuk pemerintahan negara Papua Barat pun telah disusun. Jaringan ke luar negeri, terutama di Belanda, dibuka. Lalu muncullah nama-nama seperti Markus Kaisepo dan Nicolaas Jouwe yang ada di Belanda, serta Herman Womsior di Jepang.
Terbongkarnya dokumen itu setelah Terianus tertangkap di Biak ketika hendak menyelundupkan dokumen ke luar negeri melalui PNG. Lalu penangkapan besar-besaran dilakukan aparat pemerintah Indonesia.
Nama OPM, saat itu belum dirangkai dengan nama Tentara Pembebasan Nasional (TPN). Nama itu dipopulerkan ketika ada pembentukan markas komando di perbatasan Papua-PNG. Seth Rumkorem, mantan anggota tentara Indonesia dari Kodam IV/Diponegoro, yang membentuk. TPN ini lalu disebut Tentara Nasional Papua (TNP). Markasnya dinamakan Markas Victoria. Dari markas inilah, Seth Rumkorem memproklamirkan pemerintahan Papua Barat. Naskah proklamasi pun dibacakan. Tanggalnya 1 Juli 1971.
Selang dua tahun kemudian Seth membentuk susunan kabinetnya, yang disusun ulang tiga tahun kemudian dengan nama Kabinet Pemerintahan Revolusioner Papua Barat.
Banyaknya tentara dan polisi Indonesia asal Papua yang membelot ke OPM menyebabkan pemberontakan dan penyerangan ke pos-pos tentara dan polisi sering terjadi dimana-mana. Tercatat, sejak dibentuknya OPM tahun 1964 hingga sekarang, tak kurang dari 20 serangan/pemberontakan terjadi di Papua. Mulai dari Sorong hingga Merauke.
Puluhan pucuk senjata milik aparat tentara dan polisi Indonesia berhasil dilarikan. Terbaru, senjata milik anggota polisi di Puncak Jaya. Terbesar, pembobolan gudang senjata Kodim 1702/Wamena beberapa tahun lalu.
Puluhan aparat tentara dan polisi Indonesia juga ikut tewas. Sepanjang tahun ini, 3 anggota TNI dan 1 pensiunannya tewas.
Regenerasi dan kaderisasi OPM terus berlangsung jauh di pedalaman, dipersembunyian. Dari tahun ke tahun pula, ada saja penyerangan yang dilakukan OPM. (*)
0 comments:
Posting Komentar