12 Mei 2010

Parto Paiman, Manusia Tertua di Blora
Mampu Mendengar Setiap Tanggal Muda

Sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik Blora menemukan seorang kakek berumur 125 tahun di Dusun Wegil, Desa Bacem, Kecamatan Banjarejo. Bisa jadi temuan ini merupakan rekor manusia tertua di Indonesia. Lucunya, kakek ini telinganya mampu mendengar setiap tanggal muda.

Liputan: Gatot Aribowo

TUBUH kurusnya terbungkus kulit keriput. Badannya terbungkuk, namun tak bongkok. Jalannya tertatih. Alis memutih, rambut tak tumbuh lagi. Pandangannya kadang kosong. Bicaranya tak jarang nglantur. Namun tetap berlogika. Cucu-cucunya kerap dikumpulkan untuk sekedar mendengarkan cerita masa lalu sang kakek.
 

“Saya mampu memperkirakan umurnya dari cerita-ceritanya,” kata Suyati, cucu tertua dari Parto Paiman, seorang tua berumur 125 tahun. 

Suyati saat ini umurnya sekitar 30-an tahun. “Kakek itu cerita kalau ia pernah berumah tangga selama 20 tahun, namun tak dikaruniai anak. Nah cucu-cucunya, termasuk saya ini dari istri keduanya,” tutur Suyati.
Parto Paiman memiliki 9 anak. Tertua umurnya lebih 60 tahun. Namanya: Legiman. Cucunya kini berjumlah 30 orang. Cicitnya 12 orang. Paling besar umur 15 tahun.
“Mbah itu jalannya masih kuat lho. Ia pernah jalan kaki ke Pasar Banjarejo. Dipaksa untuk diboncengkan sepeda motor saja tidak mau. Kami-kami ini yang cucunya sering kebingungan,” cerita Suyati.

Jika sudah lepas untuk jalan sendiri, salah satu cucu akan mengikuti dari belakang. Khawatir terjadi sesuatu. Apalagi jalan dari dusun ke pusat Kecamatan Banjarejo jaraknya mencapai 7 kilometer. Masih berbatu, dan banyak lubang.

Kesehariannya Parto Paiman tak bisa diam. “Ia sering gerak. Entah itu mengatur jerami atau menyabit rumput. Pokoknya tak bisa diam,” kata Suyati.

Patemi, anak ke-7 Parto Paiman memiliki cerita lucu soal bapaknya ini.

“Bapak itu, telinganya mampu mendengar setiap tanggal muda. Antara tanggal 1 sampai tanggal 5. Kalau sudah tanggal 6 ke-atas, pendengarannya agak terganggu. Makanya ketika Mas tadi menyapa, ia diam saja,” cerita Patemi, sambil menyebut “Mas” pada saya.


Tak hanya itu, Patemi juga bercerita soal bapaknya yang masih mengenali uang jaman sekarang.

“Bapak tahu kok, mana uang ratusan ribu atau lima puluhan ribu,” kata Patemi.

Jika dirunut, usia Parto Paiman masuk akal jika melebihi 100 tahun. Usia anak tertuanya 60-an tahun. Anak ini buah dari perkawinannya yang kedua setelah istri pertamanya meninggal. Sementara usia perkawinannya dengan istri pertama selama 20 tahun, tanpa dikaruniai anak. Jika dia menikah pada umur 20-an tahun, wajar saja bila usia Parto Paiman melebihi 100 tahun. Namun untuk memastikan usia 125 tahun, Badan Pusat Statistik perlu menerjunkan timnya guna meneliti lebih jauh.

Menerjukan tim ke Dusun Wegil cukup memakan tenaga. Letak dusun yang jauhnya tidak kurang dari 7 kilometer arah selatan Pasar Kecamatan Banjarejo kedengarannya memang dekat. Namun dengan kondisi jalan yang parah, perjalanan 7 kilometer bisa memakan waktu hampir 1 jam. Kendaraan sepeda motor hanya mampu maksimal berkecepatan 20 KM/jam. Lebih dari itu, jangan mengeluh jika motor akan rusak dan badan akan terasa pegal.

Namun, jika ingin melakukan penelitian soal usia sebenarnya Parto Paiman, sebaiknya BPS datangnya pada awal bulan. Bisa jadi Parto Paiman akan lancar bercerita soal masa lalunya. Akan banyak catatan sejarah yang bisa dirangkum. Apalagi berdasar catatan dari BPS yang menuliskan usia Parto Paiman 125 tahun, perkiraan tahun kelahiran Parto Paiman 1885. Tahun pada jamannya R.A Kartini hidup. Atau juga jamannya R.M Tirto Adhi Suryo, salah satu tokoh pers dari Blora yang merantau ke Bandung menerbitkan Medan Prijaji pada 1907. (*)

---artikel ini diterbitkan di Suratkabar Momentum Edisi Minggu IV---

0 comments:

Posting Komentar