07 Agustus 2011

Cara Cepat Jadi Buruh

JANGAN pernah berpikir anda akan menemukan spirit dan motivasi saat membaca kolom ini. Karena anda akan diminta jadi buruh dengan cara yang mudah dan cepat. Tak perlu bayar. Apalagi menghabiskan waktu ikut seminar dari pagi hingga malam, yang biasa anda temukan saat tertarik masuk kelas Cara Cepat Jadi Kaya.

Gagasan untuk jadi buruh dengan cara cepat bukan pula ingin menghalangi anda yang ingin masuk kelas Cara Gila Jadi Pengusaha. Toh, anda yang punya sisa uang berlebih memiliki hak untuk membayar jutaan guna mengikuti seminar Cara Gila Jadi Pengusaha. Sehingga anda pun akan dapat pembekalan: bagaimana caranya dapat kucuran hingga miliaran dari bank tanpa menggunakan agunan dan memiliki usaha yang belum berjalan genap satu tahun.


Inilah yang bisa dilakukan untuk secepatnya jadi buruh: sekolah tinggi, melamar kerja, dan diterima di perusahaan-perusahaan dari skala lokal hingga multi-nasional.

Bagi pemerintah, cara mudah untuk menjadikan rakyatnya sebagai buruh: inventarisasi potensi-potensi daerah, buat proposal, lalu cari investor--kalau perlu adakan pertemuan dengan pengusaha-pengusaha level multinasional-- bila tertarik akan dirikan pabrik dan rekrut tenaga di sekitar untuk dijadikan buruh.

Lantas, berbondonglah pemodal sangat-sangat besar itu, dengan miliaran dollar datang menilik potensi-potensi yang ditawarkan. Mulai dari sumber minyak, gunung emas, bukit tembaga, hingga pegunungan-pegunungan tambang batubara dan lainnya.

Kemudian yang tinggal dilakukan: menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan oleh investor-investor itu, dan mengharap sedikit saja bagi hasil yang didapat. Itupun perlu keluar uang dulu sebagai penyertaan modal.

Kalaupun nantinya ada pencemaran sana-sini yang mengganggu kelangsungan alam dan sosial masyarakat setempat, program Corporate Social Responsibility (CSR) bisa dilakukan untuk meredam aksi-aksi sosial yang muncul. Dosa akan terkaburkan. Sanjungan terucap dari pemerintah, dan sedikit ngeles akan berkata, "Mana bukti pencemaran itu?"

Ramailah wartawan dan LSM turun lapangan mengumpulkan bukti pencemaran. Bila sudah terdesak, undang LSM ke restoran dan ajak makan. Siapkan amplop, dan selesai.

Langkah berikutnya: rangkul organisasi profesi wartawan, lalu siapkan anggaran untuk menggelar pelatihan-pelatihan jurnalistik atau lomba penulisan jurnalistik dengan hadiah ratusan juta. Selesai.

Setelah persoalan limbah dilewati dengan mulusnya, pembuangan berikutnya akan lebih dihati-hati. Tunggu saatnya hujan deras pada tengah malam. Petugas dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) tak akan ada yang mengawasi pada saat itu. Mereka digaji untuk bekerja dari jam 7 pagi hingga 5 sore. Malah ada yang jam 2 sore sudah pulang.

Apakah semua investor seperti ini?

Tentulah tidak. Sebagaimana ada langit, ada bumi. Ada siang, ada malam. Ada hitam, ada putih. Ada investor yang baik, ada pula yang kelakuannya buruk.

Namun, sebaik-baiknya investor, tak ada dari mereka yang tak berharap modal kembali secepatnya dan untung diraup segedhe-gedhenya. Tak ada investor yang mau rugi. Tak ada investor yang mau berbaik hati memberikan saham gratisan untuk daerah tempat investasinya tertanam. Semua ada hitungannya. Toh, sudah ada pajak yang mereka harus keluarkan.

Tidak cukup? Memangnya mau dapat saham? Sertakan penyertaan modal!

Jika kalah duit, berbesar-hatilah untuk menerima bagian sedikit. Jangan pernah berpikir bahwa tanah, atau gunung, atau bukit, atau pegunungan tempat investasi itu tertanam adalah milik negara, apalagi daerah. Hanya sekedar bunyi undang-undang dasar yang berkata, "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."

Bunyi itu tak akan nyaring bila tak punya modal untuk mengolah kekayaan alamnya. Punya tanah berlimpah emas, minyak, tembaga atau tambang lainnya, tapi bila tak punya alat untuk menggali dan mengolahnya?

Cara mudah dan cepat: undang investor dan jadikan rakyat sebagai buruh, serta lupakan cita-cita jadi tuan di negeri sendiri.

Kalau masih pakai prasayarat dan kontrak karya yang mengharuskan investor memberikan saham gratisan ke pemerintah di daerah, itu bukan cara cepat lagi. Bisa-bisa jadi cara tersulit untuk menarik investor.

Adakah yang salah untuk tetap dan selalu berpikir jadi buruh?

Tak ada. Kebebasan memilih adalah esensi penciptaan manusia. Dibekali akal dan pikiran, selebihnya hati, manusia ditawarkan untuk melakukan pilihan-pilihan yang mereka kehendaki. Tuhan sangat-sangat demokratis. Tak pernah memaksa dengan ancaman neraka.

Mau jadi buruh, atau pengusaha yang berkeinginan investasi dimana-mana, atau pemimpin yang revolusioner menggerakkan seluruh rakyatnya untuk mengelola kekayaan alamnya, adalah pilihan-pilihan yang tergantung dari tumbuh kembangnya manusia. (*)

0 comments:

Posting Komentar